Kamis, 29 Oktober 2009

WBS (Work Break System)

Pada prinsipnya Work Breakdown Structure (WBS) adalah pemecahan atau pembagian pekerjaan ke dalam bagian yang lebih kecil (sub-kegiatan), alasan perlunya WBS adalah :

1.
Pengembangan WBS di awal Project Life Cycle memungkinkan diperolehnya pengertian cakupan proyek dengan jelas, dan proses pengembangan WBS ini membantu semua anggota untuk lebih mengerti tentang proyek selama tahap awal.

2.
WBS membantu dalam pengawasan dan peramalan biaya, jadwal, dan informasi mengenai produktifitas yang meyakinkan anggota manajemen proyek sebagai dasar untuk membuat perundingan.

WBS merupakan elemen penting, karena memberikan kerangka yang membantu, antara lain dalam :
1. Penggambaran program sebagai ringkasan dari bagian-bagian yang kecil.
2. Pembuatan perencanaan
3. Pembuatan network dan perencanaan pengawasan.
4. Pembagian tanggung jawab.
5. Penggunaan WBS ini memungkinkan bagian-bagian proyek terdefinisi dengan jelas

Adapun untuk penganalisisan jaringannya digunakan 2 Metode yaitu CPM dan PERT.
1. Critical Path Method
Pada tahun 1956 Morgan Walker dari DuPont Company, mencari cara yang lebih baik dalam penggunaan komputer Univac milik perusahaan, kerjasamanya dengan James E. Kelly dari group perencana konstruksi internal Remington Rand dalam menggunakan komputer Univac untuk melakukan penjadwalan konstruksi menghasilkan metode yang rasional, tertib, dan mudah untuk menggambarkan proyek dalam komputer. Pertam kali metode ini disebut William – Kelly method, dan akhirnya disebut Critical Path Method (CPM).
2. Program Evaluation and Review Technique
Program Evaluation and Review Technique (PERT) mula-mula dikembangkan oleh Navy Special Project Office atau biro proyek khusus Angkatan Laut Amerika Serikat, dengan bekerja sama dengan perusahaan jasa konsultsi manajemen Booz, Allen and Hamilton. Teknik PERT menekankan pada pengurangan penundaan produksi maupun rintangan berupa konflik-konflik, mengkoordinasikan dan menyelaraskan berbagai bagian
sebagai suatu keseluruhan pekerjaan, dan mempercepat penyelesaian proyek. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya pekerjaan yang terawasi dan teratur.

Masing-masing metode mempunyai karakteristik tersendiri yaitu :
1. PERT menggunakan 3 (tiga) perkiraan waktu, yaitu optimistic time, most likely (normal time), dan pessimistic time. Dari ketiganya dapat dihasilkan expected time(waktu yang diharapkan). Sedangkan CPM hanya menggunakan 1 perkiraan waktu.
2.PERT bersifat probabilistik, tiap waktu kegiatan berdasar distribusi normal. Hal ini memungkinkan adanya perhitungan resiko dalam penyelesaian proyek. CPM hanya berdasar perkiraan waktu yang bersifat deterministik.
3. Sama-sama menggunakan aktivitas semu.
4. PERT digunakan untuk proyek – proyek R&D dimana resiko dalam perhitungan durasi waktu mempunyai variabilitas yang tinggi. CPM digunakan dalam proyek – proyek konstruksi yang sumber dayanya bergantung dan berdasr atas perkiraan waktu yang akurat.

Setelah itu kemudian hubungan aktivitas dan kegiatan dibuat seperti jaringan yang terdiri dari bulatan dan anak panah. Jaringan ini akan seperti pohon dan rating-rantingnya, kemudian dicari jalan manakah yang mempunyai jalan terpendek dan jalan yang terjauh. Akan tetapi pada proyek besar dan rumit mencari jalan tersebut tidak semudah 1+1, akan tetapi penuh dengan perhitungan matematis yang rumit. Sehingga kemudian dicari dengan pendekatan algoritma.

Dari berbagai sumber.

Rabu, 14 Oktober 2009

Penerapan Fungsi Turunan pada Bidang Ekonomi

Sebenarnya artilel ini sudah dipost di adalah wartawarga.gunadarma.ac.id. Karena ditugaskan untuk dibuat di blog pribadi, makanya saya migrasi ke sini. Maaf kalau tidak ada tambahan, padahal ilmunya sudah.
Link ke artikel.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/09/penerapan-fungsi-turunan-pada-bidang-ekonomi/

Pada dasarnya matematika adalah bidang ilmu dasar atau ilmu murni. Dan seperti ilmu murni lainnya matematika mempunyai banyak sekali penerapan pada bidang lain seperti, bidang fisika, kimia, ekonomi, geografi, astronomi, dll. Penerapan tersebut mulai dari perhitungan matematis, logika matematika, sampai fungsi derivatif dan integral yang rumit.

Pada kesempatan ini saya akan menjelaskan penerapan fungsi turunan di bidang ekonomi. Pada bidang ekonomi fungsi turunan dipakai untuk mencari biaya marjinal, yaitu dengan cara menurunkannya dari persamaan biaya total. Bisa ditulis BM=BT’.

Sebagai contoh, jika persamaan biaya total untuk memproduksi 1000 produk adalah 2500+2x+6x2/3, maka biaya rata-rata untuk 1 buah produk adalah :

2500 + 2(1000) + 6(1000) 2/3

1000

= 2500 + 2000 + 600

1000

= 5100

1000

= 5,1

Pada x=1000

Dan biaya marginalnya adalah : dBT=2+4x-1/3

= 2 + 4(100) -1/3

= 2 + 0,4

= 2,4

Pada x=1000

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dibutuhkan Rp.5100 untuk memproduksi 1000 barang pertama dan membutuhkan Rp. 2,4 untuk membuat 1 barang di atas 1000 barang. Atau setelah barang yang ke 1000, hanya dibutuhkan Rp. 2400 untuk membuat 1000 barang yang sama.

Tentu saja dalam kenyataannya persamaan biaya total bisa saja dalam bentuk fungsi turunan rumit, seperti persamaan turunan parsial, turunan banyak variabel, turunan fungsi dalam fungsi, turunan fungsi trigonometri (mungkin), atau gabungan itu semua (mungkinkah?). Sekian tulisan pertama saya, semoga bermanfaat.